BPPT-PLN Kerja Sama Kembangkan Energi Terbarukan

JAKARTA - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Perusahaan Listrik Negara (PLN) bekerja sama mengembangkan energi terbarukan di pelosok dan kepulauan Indonesia untuk meningkatkan elektrifikasi nasional.
"BPPT sudah memiliki banyak prototipe pembangkit listrik dari energi terbarukan, seperti surya, angin, ombak dan lainnya, namun belum dimanfaatkan," kata Kepala BPPT Marzan Aziz Iskandar seusai penandatanganan MoU Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pemanfaatan Sumber Energi Baru dan Terbarukan dalam Ketenagalistrikan di Jakarta, Jumat.
Marzan mengemukakan, target kapasitas listrik dari energi surya pada 2025 mencapai 2,1 GW. Itu berarti target pengadaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) 20 MW per tahun. Namun, hingga kini target tersebut tak dilaksanakan secara optimal karena mahalnya sel surya.
"Semua komponen PLTS kita sudah produksi, kecuali solar cell masih diimpor. Kita masih berjuang untuk mendorong munculnya industri solar cell. Itu disayangkan karena kita negeri katulistiwa yang memiliki sinar matahari melimpah," katanya.
Perihal energi angin, Marzan mengakui bahwa Indonesia tidak memiliki wilayah dengan angin yang memadai untuk Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), namun soal itu akan terus dijajaki.
Dirut PT PLN Nur Pamudji mengatakan, energi surya dan angin memang mahal tapi tidak berarti tidak bisa dimanfaatkan. Apalagi PLN memiliki tugas menyalurkan listrik ke seluruh Indonesia termasuk ke pulau-pulau dan pelosok lainnya.
"Ada tempat-tempat di Nusantara ini yang mereka terpaksa membayar listrik Rp 5.000 per kWh, misalnya karena solar bahan bakar diesel harus diangkut dengan Hercules. Karena itu, mengapa energi surya dan angin tidak bisa dimanfaatkan di tempat itu," katanya.
Ia juga mengatakan, pihaknya memerlukan dukungan BPPT soal angka-angka hasil evaluasi pembangkit listrik energi terbarukan yang telah dibangun PLN untuk meningkatkan desain pembangkit listrik tersebut bagi kawasan lainnya.
"Sehingga kita tahu desain yang sudah terpasang itu deviasinya sekian, lalu pengalaman ini bisa untuk memperbaiki desain berikutnya untuk tempat lain," katanya sambil mengharapkan kemampuan manufakturing bangsa Indonesia meningkat.
Pada 2011 ini, jelasnya, rasio elektrifikasi nasional mencapai 71 persen, sedangkan sisanya 29 persen belum menikmati listrik. (tk/ant)

  ©Tehnoloje.Blogspot.Com - Todos os direitos reservados.

Template by Dicas Blogger | Topo